Kartini
Kartini dilahirkan di Rembang Jawa Tengah se abad lalu, tumbuh di tengah keluarga bangsawan yang dengan ketat memegang budaya feodalisme Jawa, yang telah dengan serta merta mengungkung seluruh pertumbuhan dan kemerdekaannya sebagai perempuan. Dari kehidupan seperti itulah Kartini tumbuh sebagai perempuan kritis. Dia tidak hanya bersedih menerima nasibnya dan nasib kaumnya. Dimulai di tengah keluarganya sendiri ia dengan dengan tegas menolak menggunakan fasilitas-fasilitas kebangsawanannya. Ia tidak mau memakai payung emas meski itu haknya. Dia tidak mau disembah adik-adiknya. Perkawinannya dengan seorang Bupati, yang oleh berbagai pihak dicemooh dan dinilai sebagai “terjebak”, sebenarnya merupakan akibat dari kurangnya catatan sejarah tentang perkawinannya ini.